 |
|
Tibet adalah negeri yang misterius. Selain karena posisinya yang sulit dijangkau--terletak di dataran tinggi dan dikelilingi pegunungan--kebijakan pemegang autoritas atas wilayah itu secara sengaja membuatnya terkucil, menjaga sesedikit mungkin kontak dengan dunia luar.
Iklimnya keras, tanahnya perawan, banyak wilayah liar terbuka yang menghampar di bawah langit biru. Medan yang tak mudah untuk dijelajahi pendatang dan pelancong. Situasi kehidupan mereka sebelum pendudukan Cina cukup sejahtera dan memiliki kebebasan. Namun kian memburuk dan semakin terkucil sejak akhir 1950, ketika Tentara Pembebasan Rakyat menginvasi Tibet. Demikian menurut penuturan Dalai Lama dalam pengantarnya untuk buku ini.
Dalam kondisi seperti itu, gambaran tentang Tibet menjadi eksklusif karena tak banyak orang luar yang dapat mengunjunginya. Di antara fotografer yang mendapatkan akses dan pengalaman akrab dengan Tibet adalah Kazuyoshi Nomachi, fotografer Jepang kelahiran 1946 yang memulai karier sebagai fotografer lepas sejak 1971.
Buku ini adalah hasil dari lima perjalanannya ke Tibet. Di dalamnya terungkap pemandangan menakjubkan alam dan kehidupan masyarakat Tibet, spiritualitas para pengikut ajaran Buddhis, budaya aslinya yang mampu bertahan hingga kini, peninggalan arsitektur, kuil-kuil, dan biaranya.
Selain keindahan Tibet yang luar biasa, melalui foto-fotonya di dalam buku ini Kazuyoshi Nomachi mengungkapkan keintimannya dengan masyarakat setempat. Dia melewatkan banyak waktu kunjungan untuk tinggal di tengah-tengah penduduknya.
Melalui mata Nomachi, kita menyaksikan keindahan sebuah negeri dan penduduknya yang lembut, menghadapi ancaman gempuran nilai-nilai berbeda yang datang dari dunia luar. Sebuah rekaman penting tentang warisan budaya dan peradaban yang mungkin akan segera hilang untuk selamanya.
Tibet by Kazuyoshi Nomachi
Shambala (1997), 198 pages
